Oleh: Sunarno
Lingkar Tanah Lingkar Air adalah sebuah buku catatan sejarah menurut seorang sastrawan. Sebuah novel yang tidak merekam secara hitam putih siapa sebenarnya yang disebut dengan pemberontak. Ada alasan-alasan yang sangat kuat yang menyebabkan para tokohnya terseret dalam pertikaian sejarah. Bukan keinginannya sendiri untuk menjadi pemberontak, tetapi ada pihak-pihak yang justru mendorong para pelakunya untuk menyingkir yang kemudian bisa disematkan label pemberontak.
Novel ini bukanlah novel baru. Karya Ahmad Tohari setebal 114 halaman ini pertama kali diterbitkan oleh sebuah penerbitan di Purwokerto, yang kemudian diterbitkan ulang oleh LKiS Yogyakarta pada tahun 1999. Sebagaimana ciri khas tulisan Ahmad Tohari yang sangat kuat bertutur tentang suasana pedesaan, yang kali ini diramu dengan suasana belantara hutan jati yang terpencil dan asing.
Novel ini berkisah tentang sekelompok orang yang dipaksa untuk menjadi pemberontak terhadap republic. Padahal mereka itu para pejuang yang menamakan diri Hizbullah yang senantiasa membela tanah air dari penjajahan Belanda, bahu membahu dengan tentara republic di wilayah Banyumas dan sekitarnya.
Kisah tragis itu bermula ketika ada pengumuman resmi bahwa selain tentara resmi, diberi kesempatan untuk bergabung dengan tentara resmi dengan meninggalkan atributnya masing-masing karena peperangan melawan Belanda telah usai. Termasuk di dalamnya Laskar Hizbullah, disana ada Amid, Jun, dan Kiram.
Pagi-pagi ratusan anggota Hizbullah yang memilih melebur ke dalam tentara Republik berhimpun di suatu tempat di tepi rel kereta api. Malam sebelumnya ada informasi resmi, bahwa mereka akan diangkut dengan kereta api menuju Purworejo untuk dilantik resmi menjadi anggota tentara Republik. Jam sembilan pagi kereta api dating berjalan mundur dari arah Kebumen. Ketika kereta api mulai mendekat anggota Hizbullah dikagetkan oleh rentetan tembakan yang mengarah ke mereka. Tak jalan ada lain kecuali mempertahankan diri dengan membalas tembakan. Dengan perang kecil ini menyebabkan para anggota Hizbullah merasa dikhianati entah oleh siapa. Mereka pun percaya pastilah bukan tentara Republik yang sebenarnya, akan tetapi ada pihak-pihak lain yang dari kalangan pasukan republic yang berkhianat mencatut nama pasukan republic.
Hampir semua sepakat bahwa selama pihak ini yang tidak suka dengan keberadaan hizbullah adalah orang-orang komunis. Semua orang tahu bahwa pembersihan terhadap oknum-oknum itu, terutama setelah maker 1948 di Madiun, belum sempat dilaksanakan. Namun demikian rasa dikhianati begitu besar yang kemudian mengharuskan pasukan ini menyingkir. Ditambah lagi sehari berikutnya tentara Republik menyerang hingga anggota Hizbullah semakin tersingkir. Dari sinilah stigma pemberontak mulai disematkan. Tidak tempat aman untuk berlindung walau dikampung sendiri. Tak ada jalan kecuali menyingkir sejauh-jauhnya.
Sebuah pergulatan social, sejarah dan batin tokohnya yang berkepanjangan yang mengupas tentang pemberontakan yang tak pernah diinginkan akan tetapi harus dilakukan, karena adanya pihak-pihak yang tidak suka memanfaatkan nama republic untuk menyingkirkan Amid dan kawan-kawannya.
Ini adalah sebuah novel yang sangat penuh dengan ketegangan, para pelaku utamanya yang selalu terseret pada permasalahan yang tak pernah diinginkan. Ketika terpaksa jadi pemberontak pun tak ada celah untuk menyerah. Jangankan mendapatkan ampunan, untuk sekedar menyerahkan diri hidup-hidup saja tidak ada jaminan.
Lagi-lagi pihak komunis mengail di air keruh. Mereka membentuk gerakan siluman yang menyusup ke OPR. GS ini bermata dua ke Amid dan kawan-kawannya membuka permusuhan dengan menyerang habis-habisan demi merebut area hutan jati untuk mereka tebang. Sementara kea rah lain menggunakan nama kelompok Amid untuk melakukan perampokan-perampokan terhadap orang-orang dusun.
Dan novel ini tidak sebuah novel yang penuh romantika keindahan. Jadi bagi yang ingin menikmati keindahan kehidupan manusia tidak akan mendaptkan apa-apa. Bagi mereka yang ingin membaca keindahan bahasa tentang bagaimana suasana pedesaan novel ini cukup menjanjikan. Disisi lain tak kan ditemukan bahwa para pelakunya sepenuhnya happy ending, bahkan terkesan dari awal hingga akhir para tokohnya permasalahan yang tak jelas ujung pangkalnya, dan diakhiri dengan ucapan innalillahi.
Buku yang tidak begitu tebal ini layak dibaca bagi mereka yang ingin menyelami seperti apa sejarah itu jika ditulis dalam versi sastra. Meskipun realitas sastra kadang berbeda jauh dengan realitas sumber-sumber resmi.
Reblogged this on kampungmanisku.
sy termasuk penggemar karya karya pak tohari meski novel2nya tdk trlalu happy ending juga,,,trm ksh utk resensinya..
AQ MALAH SUKA BANGET AMA NOVEL YG ISINYA POLITIK KAYAK LTLA INI BAGUS KALO DIFILMKAN GITU
—————————=================——————–
karya Ahmad Tohari rata-rata sarat dengan muatan politis, kritikannya tajam
apa kamu punya bukunya atau novel lingkar tanah lingkar air
————-==============————-
ada
bagus banget…sy dulu pernah baca 10 tahun yg lalu…terima kasih telah diingatkan..
—-+++—
10 tahun, wah sudah lama ya!
Aku sendiri meski menyukai (karya-karya) Pak Tohari, baru bisa sedikit baca sebagian karyanya. Untuk Lingkar… ini termasuk yang belum kebaca. Beberapa “versi gratisan (file dari internet)” karyanya pun belum sempat kubaca. Jadi, terima kasih sekali atas resensinya ini, Mas Narno.
—-++—
saya siapkan judul yang lain dari Pak Tohari, hampir semua buku beliau saya punya koleksinya
Makasih resensinya, perlu saya catat jika ada rejeki, untuk dibeli
salam kenal:)
ulasan yg lengkap.thanks ya..
saya juga suka baca nih.
—+++—
sama-sama
wah ulasan yg lengkap..
jd penasaran ama ini buku.
salam kenal ya..:)
—++—
salam
wah..sipnosisnya bagus pak…ngebuat gwgw jadi mupeng, ingin lebih tahu sejarahnya ….
—-+++—
sepertinya rumor yang ada tepat adanya, sejarah adalah kepentingan
ditunggu artikel barunya pak
salam hangat
—++—
siap-siap
Assalaamu’alaikum
Kembali berziarah untuk kunjungan di pertengahan ramadhan. Ingatkan sahabat yang baik ini kerana selalu berkunjung ke laman saya.. mudahan kehidupan kita semakin ceria dan indah dengan amalan-amalan yang bermanfaat di bulan mulia ini. Selamat berpuasa dan alam mesra selalu.
—++++—–
terima kasih Umi atas kesediaannya berkunjung
Selamat Sore….
Lomt Apdet?
—====—-
segera ada
Assalamu’alaikum,
Resensi yg bagus, sayangnya mungkin buku tsb sudah tidak ada lagi sekarang. (Dewi Yana)
—+++—–
saya memburunya cukup lama untuk mendapatkan buku ini, tak cukup satu dua toko
Bapak yang satu ini memang karyanya ga ada duanya,,,mantap ya kang Ahmad Tohari
—++—
nanti lain waktu inginnya saya ulas bukunya yang lain lagi
buku lama tho..
—-++—
tergelitik oleh postingan eMo yang live
Pinjem bukunya dong…:grin:
Salam
—+++—-
silahkan datang ke rumah
wah ada referensi bacaan baru …
sorry mas, baru mampir lagi nih..
—++—-
baru saya ulas maksudnya, bukunya sih buku lama
Bagus sepertinya. Aku lama ga baca buku2 sastra spt itu.. 🙂
—+++—-
sesekali baca buku sastra mengasyikkan
Karya sastra dengan setting perjuangan seharusnya digemari oleh kita khususnya para remaja untuk memupuk nasionalisme.
Jika hal2 tsb tak kita galakkan maka anak-2 bisanya hany menyenengangi komik luar negeri saja.
Salam
—++—
pada kenyataannya memang justru yang banyak dijauhi untuk saat sekarang ini
Sepertinya saya nggak begitu suka ceritanya, Mas….saya cenderung suka yang ringan tapi penuh makna dengan sedikit bumbu-bumbu humor.
—-+++—
memang rumit Mas, tanpa humor sama sekali.
Terus terang..Put baru tahu tentang buku ini….
Hizbullah…? dan Banyumas…?
Terus terang ini sebuah kisah yang baru saya denger…
—++—
karena unik itulah saya membelinya dan mengulasnya saat ini
ehm.
Menarik nich sepertinya..
InsyaAlloh baca dech.
Beli di Gramed ada nggak ya?
—-+++—
mungkin sudah tidak ada, karena ini buku lama
bagus sekali isinya. sepertinya layak untuk dibeli, tapi mungkin sudah tidak ada ya di toko buku? coba cari di shoping jogja deh, siapa tahu masih ada terselip satu, hehe… 😀
thanks mas, resensinya mantap 😀
—++—
semoga masih ada Mas
Walaupun gak baca bukunya, tapi alhamdulilah terpuaskan dengan resensinya. Tapi tetep aka coba cari bukunya, di gramed dah ada belum ya ?
Salaaaaaaaaaaaaaam
Hangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat
—-+++=—-
malah mungkin sudah tidak ada Pak!, saya beli sebelum pindah ke Jawa barat sebelum 2005
resensi yang menarik pak
saya belum sempat baca-baca novel lagi karena terbentur aktivitas yang padat
salam..
—++=—–
wah sayang ya Mas, padahal baca novel bisa disela-sela kesibukan lho, seperti baca Al Qur’an juga bisa disela-sela kesibukan kok
terima kasih buat resensinya, aQ suka sastra, dan emng lg kehabisan ide buat cr buku baru yg pengen dibaca… hehe,..makasih ya mas 🙂
—+++=—-
cara yang murah cari dinternet tapi yang gratisan tidak ada yang baru
wow,, ulasannya saja sudah membuat saya terbawa suasana merasa tegang pak..
saya suka baca buku2 sastra,, apalagi pas zaman SMA dulu.. karena memang pilihan buku untuk dibaca terbatas.. ya cuma yang ada di perpus sekolah,, hehehe..
—-====——
saya suka baca buku sastra sudah sejak SD dan mulai mengkoleksi ketika mahasiswa, sekarang kalau masih berburu paling-paling di internet
Kunjungan pertama, salam kenal dulu ya 🙂
—++=——
silahkan mampir-mampir
mantab….
—++—
makasih
Saya senang buku…
Ulasan yang menarik…
—-+++—
terima kasih
bisa dibayangkan aku bakal terbawa suasana pemberontakan yang menggelisahkan.. setiap buku yang melibatkan cerita ttg komunis selalu membuat perasaanku teraduk-aduk.. **gara” sewaktu SD menonton film G-30 S/ PKI 🙂
yg jelas ahmad tohari, pasti bagus..!
—-+++—-
betul Bundo, novelnya bagus-bagus, masih ada dua lagi novelnya yang setingnya nyrempet PKI yaitu Kubah dan Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, pokoknya pingin baca berulang-ulang
🙂
—+++—
????????????
Assalaamu’alaikum
Satu usaha yang cukup baik dalam memberi ulasan terhadap sebuah karya sastera yang saya sebenarnya amat sukar untuk menguasai bahasa-bahasanya. Namun membaca ulasan saudara tentang hasil karya yang kreatif ini memberi gambaran terhadap keunikan seorang manusia yang mampu menggambarkan kehidupan, situasi dan permainan emosi yang digarap begitu rupa.
he..he..saya pula seperti memberi ulasan terhadap ulasan saudara. ya..udah..panjang pula ceritanya nanti.Selamat berpuasa dan salam Ramadhan.
—-++++—-
karya Ahmad Tohari sangat khas dengan nuansa pedesaan yang begitu kuat
Saya adalah perempuan pecinta buku buku sastra … yang ini unik karena sejarah dikemas dalam sastra 🙂
—+++—-
kalau gitu sama, saya juga pecinta sastra, koleksi buku-buku saya didominasi buku sastra
wah kok saya belum tahu ya pak adabukunya mas tohari…
salam hangat ada ya pak
—++++—–
bukunya tidak hanya satu, dan ini bukan buku pertamanya