80 Komentar

SETELAH JEWERAN TUHAN

Purwokerto, Maret 1997

“Campur tangan manusia memiliki peran yang paling dominan suatu out break itu bisa terjadi. Tuhan telah menciptakan alam dengan mekanisme tersendiri agar equilibrium senantiasa terjaga. Kita mengatakannya hukum alam, Tuhan menitahkan sebagai sunnatullah. Pada mulanya peristiwa out break hanyalah teori para Entomolog. Kini ketika manusia telah melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, salah satu yang paling menonjol adalah pertanian maka out break menjadi kenyataan, sekaligus sebuah petaka bagi manusia…” Prof Wiyoto mengulas panjang lebar tentang fenomena ledakan Arthona yang menggerogoti daun kelapa di Baturraden Akhir-akhir ini.

“Prof. apakah itu berlaku umum dalam artian semua spesies atau hanya Arthona saja?”

“Tak ada kekhususan apapun, istilah aut break berlaku untuk semua spesies serangga bahkan yang tadinya bukan berstatus hama bisa berubah menjadi hama.”

Kuliah Entomologi Terapan memang sering mengulas kejadian-kejadian seputar serangga yang sedang menjadi momok pada saat itu. Masalah yang membelit masyarakat. Satu daya tarik tersendiri bagiku. Bahkan satu judul skripsi tentang Fluktuasi Populasi Hama telah aku konsultasikan dengan profesor.

Condroloka Pegunungan Dieng, April 1997

Pendopo Balai Desa penuh sesak. Ada penyuluhan dari Dinas Pertanian. Pemerintah berkepentingan menyelamatkan Bendungan Sudirman. Tercatat erosi dari Pegunungan Dieng sangat tinggi. Baru satu tahun harus sdah mengeduknya. Di sisi lain dikhawatirkan penggunaan pestisida yang tak mengenal kata ketetpatan dosis akan memusnahkan sebagian kehidupan di alur sungai Mrican. Para pengguna pestisida rupanya tak pernah mendengar kasus Minamata.

“Maaf Bapak-bapak! Kami tidak mengenal apa itu naungan, yang kami pahami betul bahwa kalau tanaman kentang diberi apa tadi kata bapak naungan, itu sama artinya menurunkan hasil panenan kami …” sanggah seorang warga. “Itu satu-satunya sumber penghasilan kami lha kalau dipotong untuk pohon cemara atau apapun, kami jelas tidak bersedia.”

“Maksud kami bukan untuk mengurangi pendapatan bapak-bapak sekalian, tapi coba bayangkan berpa banyak tanah yang hanyut oleh air yang terbawa sampai ke Waduk Sudirman. Bagi bapak-bapak akan mengurangi keuburan tanah di sini. Bagi kami kerja berat di bawah sana. Dengan adanya pohon naungan itu diharapkan bapak-bapak bisa mempertahankan tanah dari pengikisan, kami tidak ketar-ketir terlalu sering memantau Waduk Sudirman.”

“Pokoknya kami tidak akan merubah yang telah kmai lakukan, toh selama ini tanah kami subur. Panenan kami melimpah. Kami tidak takut akan kehilangan kesuburan tanah, karena setiap masa tanam pasti kami sediakan pupuk kandang satu truk lebih.”

Tak ada kata sepakat. Petani tetap dengan tradisinya. Pestisida tetap jadi primadona, tak ada satupun pohon yang boleh ditanam. Sungai tetap mengalir membawa bunga tanah keruh kecokalatan. Rombongan dari Dinas Pertanian kembali dengan tangan hampa. Mereka mengulang kegagalan yang sama dua tahun yang lalu para ahli lingkungan dari perguruan tinggi ternama di Jawa Barat.

Pegunungan Dieng, Juni 1997

Seantero pegunungan geger. Tanpa diduga sama sekali muncul beribu-ribu lalat kecil menggasak tanaman kentang. Daun-daun digerogoti hingga tinggal tulang-tulangnya. Kian hari lalat-lalat itu semakin beranak pinak. Bahkan juga masuk rumah-rumah. Hinggap di pelataran-pelataran. Macam-macam resep dicobai. Sistem kontak, sistemik atau mengoplos sendiri tak satupun yang berhasil menyingkirkan lalat-lalat itu.

Para petani nyaris frustasi. Tak terhindarkan hasil umbi jatuh bebas. Modal keluar makin besar. Pestisida sang primadona tak lagi bisa berkutik. Sebagian lari pada kobis nyaris tak berarti. Harga jual yang sedikit terkatrol yang banyak menolong.

Condroloka, 1998

“Pak Carik, aku punya resep agar lalat-lata itu kapok tidak menggasak lagi.” Celotehku di sela-sela perayaan Agustusan. Ketika itu proposalku untuk penelitian telah disetujui oleh Profesor.

“Secara total? Mana mungkin.”

“Bisa saja Pak. Ada dua cara yang mungkin kita lakukan. Itupun kalau masyarakat sini bersedia. Kalau tidak…”

“Dibunuhi satu-satu gitu. Terus nanti digoreng buat lauk?” Pak Carik menanggapi penuh kelakar.

“Ini bukan mustahil Pak!” lalu aku ceritakan pengalaman lima tahun silam di kampungku. Tikus memporandakan tanaman padi. Serentak kami menangkapi satu persatu dengan gropyokan. Nyaris tiap malam. Kebetulan juga terang bulan. Sukses. Setelah itu tak ada lagi masalah.

“Itu kan tikus Mas, ukurannya besar. Di sini lalat kecil-kecil. Mustahil menangkapi. Cara kami ya hanya disemprot.”

“Hasilnya?”

Pak Carik hanya tersenyum. Sulit mengajak berpindah pola. Keahlian turun temurun, hanya dengan ngelmu bukan ilmu.

“Bagaimana Pak? Saya siap membantu cara-caranya yang lebih mudah!”

“Sulit Mas! Tak kan ada yang mau!”

Aku sudah berusaha. Lingkungan tinggal menunggu waktu tak lagi ramah. Entah saat itu mereka beralih atau tidak. Semoga Tuhan membukakan kesadaran pada mereka.

Purwokerto, 1999

Koran hari ini membuatku nyaris berteriak. Bulan September adalah bulan spekulasi petani Dieng. Sukses besar atau gagal tiotal. Sehari yang lalu frost jatuh. Berhektar-hektar lading musnah. Berjuta-juta investasi melayang.

Ya Rab! Banyak sudah Engkau memperingatkan. Mereka belum juga beranjak dari kebiasaan… Main semprot nyaris tanpa aturan. Kali Serayu akan kehilangan ikan-ikan.

Boyolali, 2000

Saat paling naas bagi petani kentang. Koran-koran ramai memperbincangkan. Eropa tak lagi bersedia menerima pasokan. Barang-barang tertimbung di gudang. Mau dikemanakan? Domestic tak butuh sebanyak itu. Usut punya usut gara-gara semprotan tak kenal aturan.

Tuhan aku hanya bisa menitipkan salam. Entah jeweran apalagi yang akan Engkau peringatkan.

Purwokerto, Januari – April 2002

Navigasi komentar

Newer Comments →

80 comments on “SETELAH JEWERAN TUHAN

  1. Hey there, You’ve done an excellent job. I will certainly
    digg it and personally suggest to my friends. I am sure they’ll be benefited from this web
    site.

  2. Reblogged this on kampungmanisku and commented:

    Teringat masa-masa perjuangan untuk menyelesaikan skripsi, sampai menulis fiksi di sini

  3. senang rasanya masih bisa berkunjung di rumah sahabat di akhir pekan ini, salam dari kalimantan tengah 09:43
    ——————–=============————-
    akupun senang terima kasih atas kunjungannya

  4. itu sih udah bukan dijewer lagi,kalo perlu digampar…

    perlu pada baca bukunya “who moved my cheese?” nih para petani disana…

    miris hati ini jadinya baca berita kayak gini 😐
    ————–============——————
    masalahnya mereka sangat sedikit membaca sesuai level pendidikannya yang mayoritas lulusan SD

  5. Mungkinkan manusia itu proyek gagal Tuhan ?
    Yang jelas bukan, karena Tuhan akan selalu mengawal dan menyadarkan manusia pada saatnya 🙂

    Salam bentoelisan
    Mas Ben
    —————-==============————-
    manusialah yang gagal dengan proyeknya sendiri untuk menjadi lebih baik

  6. ngenes baca tulisan diatas,,
    nyata2 alam.. bumi dan isinya diporak-porandakan oleh keserakahan manusia..

    dan nanti saat peringatan keras datang,, yang di kambing hitam kan adalah bencana dan musibah.. padahal akibat dari kelalaian kita sendiri..
    —————–===========—————–
    ini belum seberapa, bila dibandingkan dengan apa yang menimpa saudara kita dengan kolam lumpurnya yang saya yakin sebagian besar kita juga tahu

  7. ngenes…ingat sama kampung halamanku yang porak poranda karena biji timah terus diburu. Pemda sendiri tak sanggup menghentikan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari mencari timah. Padahal jeweran dengan terkubur hidup2 sudah sering terjadi….
    —————============————-
    kesederhaan berfikir dan ingin hasil yang cepat tak jarang tak hirau pada resiko

  8. Setelah diJewer Tuhan…A fa laa Ta’qiluun ?

    OOT : kentangnya kentang Atlantik Kah ?
    —————-=============—————-
    biasanya granola, mereka menyebutnya gren

  9. semoga kita bisa lebih mendekatkan diri kepadaNya
    ———————=============—————
    amin

  10. Jeweran yang begitu berharga. 🙂
    —————-===========—————-
    tentunya bagi yang mau menghargai

  11. semoga bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari tanda-tanda yang di berikan Allah tersebut…
    ————-=============—————
    amin

  12. kesadaran memang perlu proses panjang yang terkadang syaratnya juga banyak
    —————=============———————
    kadang sangat-sangat banyak

  13. Assalamu’alaikum pak …

    Kalau sudah terjadi pada diri sendiri, baru semua menyadari …

    Hanya tinggal menyerahkan semua sama waktu aja, pak …

    ^_^

    still cheerfull az, otteh …
    ————-========————-
    ya, biarlah waktu yang menentukan kemudian

  14. Lebih arief dan bijak apabila kita mau belajar dari peristiwa alam ini.
    Salam Petani
    ————=============————-
    tentu bagi yang mau mengerti

  15. Alam selalu memberikan pelajaran kepada kita semua.
    Tergantung kepada pribadi-pribadi kita sendiri, bisa atau tidak mengambil pelajaran dari semua peristiwa yang terjadi.
    Salam Petani
    —————============———————
    semoga kita termasuk orang-orang yang mau mengambil pelajaran

  16. Semua peristiwa ada hikmahnya masing-masing, manusia menjadi bijak apabila mau belajar dari semua peristiwa itu.
    Disitulah sebenarnya kearifan dan kedewasaan kita diuji.
    Salam sukses.
    ————==========————-
    kalau yang dikejar adalah keuntungan sesaat, maka kearifan itu susah untuk didapatkan

  17. moga ajah cukup 1 x jeweran sudah membuat kita tahu dan tahu
    tidak perlu dijewer lagi dan lagi
    😀
    makasih
    ————-=============————
    semoga saja

  18. harus bisa introspeksi dan mulai menghargai alam
    —————==============————-
    amin

  19. Wah, berguna banget nih Mas, buat merenung.
    —————============———————-
    monggo Pak

  20. itu sudah om
    haruskah jeweran jeweran selalu kita alami untuk dapat mengerti dan bertindak lebih baik
    ————-==========————–
    entahlah

  21. Kalau jeweran sih belum ada apa-apanya. Coba sekali-kali di tendang, pada tobat semuanya pasti.
    ——————==============—————-
    wah, mana aku berani

  22. wah2, keras kepala akhirnya membunuh prinsip lama. setidaknya harus sesuai dengan apa yang menjadi “keseimbangan”. Atau mungkin rasa sombong yang menhancurkan semuanya? disaat tradisi lama malah lupa bersyukur dan membuka hati untuk segala macam cobaan yang akan diberi. wah2…
    —————=============————–
    sebenarnya karena ketidaktahuan dan ketidaksiapan menerima hal-hal yang baru

  23. sebuah catatan sejarah yang apik pak. dan bagi saya, setting yang bapak sajikan kebetulan sangat dekat dengan saya.
    ————–=============———–
    yang mana? Dieng? Purwokerto? atau Boyolali?

  24. Memang pak campur tangan Tuhan nggak ada yang berani mengelak lagi
    salam the tekter
    ———–========————-
    tapi tak jarang tanpa sadar malah menantang

  25. menurutku itu bukan jeweran dari Pencipta, Mas. melainkan manusianya yang menjewer dirinya sendiri…
    apa kabar, Mas Narno? 🙂
    ————-=============———-
    bolehlah kalau mas Goen yang bilang, kabar baik Mas

  26. smo9a jeweran TUHAN bisa membuka mata hati mereka la9i
    —————=============————–
    amin

  27. saya suka gaya nulisnyaaa 🙂
    ————–===========———-
    terima kasih

  28. perenungan yang indah…

    perlu kebijaksanaan manusia memang ketika kadang keuntungan materi menjadi ambisi, yang kadang tak peduli imbasnya. Dan semua itu harus dibenahi melalui berbagai sisi, keuletan untuk terus melakukan penyadaran, memberi bukti yang nyata dan aspek pendidikan lingkungan yang mendukung.

    memang perlu kerja ekstra keras menghadapi karakter masyarakat seperti itu, saya sendiri merasakan karena aktivitas saya juga berhubungan langsung dengan para pekebun rakyat, tapi InsyaAllah semua itu bisa dilakukan, sulit iya, tapi bukan mustahil…

    CAYO !!! SEMANGAT !!!
    ————============————
    banyak kita temukan di sekitar kita, demi uang maka lingkungan dikesampingkan

  29. semoga manusia bisa mengambil pelajaran dari tanda2 alam yang Allah kirimkan… sekali lagi, ambil pelajaran…
    —————-============——————
    amin

Navigasi komentar

Newer Comments →

Tinggalkan Balasan ke wi3nd Batalkan balasan

SarahBeauty

Trouver plein de conseille beauté, mode, tendance.

True Love for Sale

by Peach Berman

trozos de mazapán.

cartas o historias pequeñas de amor tan dulces y desmoronables como un mazapán.

HorseAddict

The world is best viewed through the ears of a horse.

Apeka

Meramu, Menulis, lalu dikenang 🌻

DoRee MelNic

Grief Out Loud. Art. And Life.

MYSELF

AS HUMILDES OPINIÕES DE UMA MULHER DE CORAGEM QUE DIZ SIM À VIDA!

Voices from the Margins

A welcoming space for resistance to the forces of oppression and hegemony.

Integrating the Spirals

Integrating the spirals (holism, art, music, and writing) for peace, ease, freedom, and alignment of mind, body, spirit, and soul.

Wolff Poetry Literary Magazine

A Poet's Place | Wolff Poetry Literary Magazine is Publishing Poetry Submitted by Published & Emerging Writers,

Katherine's Blog

In Kate's World

Embracing Creativity - BBYCGN: Yancosky

Spiritual writings, messages, creative expression, and arts to broaden community awareness and insight

Istiqomah, bersabar, dan bersyukurlah selalu... Karena Allah selalu ada bersamamu...

Tersenyumlah,, Allah mencintaimu lebih dari yang kau perlu (Tasaro GK)