37 Komentar

Profil Ibu Guru di Kuningan (Re Post)

Membaca Itu…!

Bagi alumni SD Negeri Gunungsari Kecamatan Cimahi kata-kata: Membaca itu…! Memiliki makna tersendiri yang senantiasa terkenang dan dapat dilanjutkan dengan penggalan kalimat yang berbeda. Penggalan kalimat itu merupakan kata-kata yang diucapkan oleh seorang srikandi pendidikan di Desa Gunungsari. Penggalan kalimat yang bukan sekedar mengeluarkan kata-kata akan tetapi penggalan kalimat dengan tujuan menggugah dan memotivasi siswa didiknya untuk senantiasa maju, terutama bagi yang memang perkembangan kemampuan membacanya terlambat bila dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.

Menurut ibu yang telah 40 tahun mengabdi sebagai PNS di Sekolah Dasar ini, membaca itu indah. Filosofinya dengan membaca kita bisa mengenal dunia luar tanpa harus pergi. Semuanya terlihat jelas. Kalau tidak bisa membaca bagaimana bisa mengetahui dunia luar pergi tidak membaca juga tidak. Dengan membaca itulah gudang ilmu bisa dibuka.

Alumni SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Kuningan ini mengemban amanah sebagai guru PNS sejak tahun 1967. pertama kali di tempatkan di SDN Cikandang Kecamatan Luragung. Setahun kemudian dipindahkan ke SDN Gunungsari (waktu itu masih termasuk wilayah Kecamatan Luragung, sekarang telah berdiri sendiri menjadi Kecamatan Cimahi). Pertama kali ketika mengajar di kelas rasanya seperti mimpi, apalagi saat anak-anak memanggilnya ibu. Benarkah dirinya kini telah menjadi seorang ibu (guru, red). Bahkan sebelumnya sama sekali tidak tahu dimana letak Desa Gunungsari dan bagaimana kondisi geografi dan masyarakatnya. Belum lagi seolah-seolah menjadi tontonan karena satu-satunya guru perempuan dan juga seorang pendatang. Kala itu seorang guru perempuan memakai pakaian tidak sebagaimana yang dikenakan sekarang. Guru putri berarti memakai kain, kebaya dan bersanggul.

Tingkat kesadaran masyarakat saat itu untuk menyekolahkan anaknya masih sangat rendah. Umumnya anak-anak kecil menggembala kerbau sebelum mereka masuk sekolah, sehingga ketika sekolah sudah besar-besar. Adapun kondisi sekolahnya masih lantai tanah di kelilingi sawah dan sungai yang kadang kebanjiran dan becek. Maka tak aneh jika baik siswa maupun murid kalau belajar ceker ayam saja (tidak bersepatu, red).

Ibu guru yang ketika pertama kali menjadi guru adalah satu-satunya guru perempuan ini sangat mencintai pendidikan. Rasa cintanya itu diwujudkan dalam kesehariannya dengan penuh rasa tanggung jawab karena beliau sadar betul bahwa program sehebat apapun jika tanpa dilandasi keikhlasan dan rasa tanggung jawab maka tidak akan berhasil. Lalu jika demikian apa yang bias kita berikan kepada masyarakat. Mungkin akan terasa begitu muluk, sangat idealis dijaman yang materialis ini. Tetapi ada bukti nyata yang tidak mungkin dikesampingkan begitu saja.

Ibu dari empat orang anak ini dengan penuh kesabaran membimbing murid-muridnya. Jika ada yang belum bisa membaca maka sang murid didudukkan tidak sebagaimana lazimnya siswa akan tetapi membelakangi papan tulis di depan teman-temannya. Cara ini bukan suatu bentuk hukuman, justru cara inilah bimbingan yang sukses mengantarkan siswa-siswinya memperoleh pengetahuan. Anak-anak yang belum bisa membaca ini dibimbing satu-satu sampai benar-benar bisa baru boleh kembali duduk seperti teman-temannya. Huruf-huruf yang paling sulit dikenali oleh siswa pun dicarikan jalan keluarnya agar tak menjadikan masalah. Misalnya kemiripan huruf p dan b disiasati dengan menjelaskan bahwa p itu ada perutnya dan b itu ada pantatnya. Dengan cara demikian ternyata lebih mudah dipahami sebagaimana sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak.

Kepeduliannya terhadap anak-anak yang terlambat menguasai kemampuan membaca ini tidak pupus hanya karena jabatan. Ketika menjabat sebagai kepala sekolah beliau meminta kepada semua guru kelas untuk mengirimkan siswa-siswinya yang belum bisa membaca ke kantor kepala sekolah. Beliau sendiri yang membimbingnya. Baru kalau sudah lancar dikembalikan ke kelas masing-masing.

Untuk menjadi seorang guru yang penuh dengan dedikasi bukanlah pekerjaan yang instan. Bahkan menurut orangtuanya Tin Suhartini kecil memang telah bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Maka meskipun kemudian ditempatkan di daerah yang secara geografi sangat berat tidak membuatnya surut langkah apalagi sampai meninggalkan gelanggang. Pesan bapaknya untuk mampu menjadi srikandi dalam dunia pendidikan merupakan salah satu motivasi untuk tetap bertahan dan bahkan kemudian menorehkan prestasi.

Kondisi geografis Desa Gunungsari era tahun 1960-an akhir sangat jauh berbeda dengan sekarang, bahkan nyaris tak terbayangkan kalau kala itu jalan penghubung dengan desa yang lain adalah jalan setapak yang banyak diselubungi oleh ilalang yang tingginya melebihi orang dewasa. Disamping itu kondisi wilayahnya yang seringkali becek sangat memungkinkan pendatang tidak betah untuk menetap di desa tersebut. Tidak untuk ibu…, bahkan beliau menikah dengan lelaki setempat (Agustus 1968) yang juga teman sejawat di SD Gunungsari.

Jika ada acara di kota kecamatan (waktu itu masih desa Gunungsari masih termasuk wilayah kecamatan Luragung) baik untuk mengikuti perlombaan atau penataran guru, jam 03.00 sudah berangkat jalan kaki ditemani obor dari bambu. Pakaian yang akan digunakan dibungkus kertas kemudian di suhun (ditaruh di atas kepala, red). Sampai di Cileya kaki dibasuh dan ganti pakaian.

Jika akan mengikuti perlombaan di Luragung maka suami makan tidak enak, tidak bisa tidur karena jam 24.00 keliling kampung membangunkan anak-anak untuk siap-siap berangkat, agar jam 03.00 sudah benar-benar berangkat.

Perjuangan itu tidak ada yang sia-sia. Terbukti hampir setiap perlombaan tingkat kecamatan selalu diperhitungkan. Bidang olahraga dan kesenian sering langganan masuk tiga besar. Bahkan bulu tangkis dan tenis meja pernah sampai ke tingkat propinsi. Kunci utamanya adalah kebersamaan dan pemberian motivasi yang berkesinambungan.

Masa-masa paling berat yang dirasakan oleh istri dari Kuswadi ini adalah saat-saat pensiun. Selama tiga bulan ada perasaan berdosa telah meninggalkan tugas. Padahal telah jelas menerima SK Pensiun. Akan tetapi rasa tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak masih sangat membekas, sehingga ketika melihat anak-anak masuk sekolah sedangkan dirinya masih berada di rumah merasa ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang sebenarnya sangat wajar bagi yang sudah pensiun untuk tinggal di rumah.

Tahun 2002 kondisi fisik gedung sekolah sangat mengkhawatirkan. Sebagai kepala sekolah Tin Surihatin melakukan konsultasi dengan Komite Sekolah, disepakati sebelum mendapatkan bantuan gedung ditopang dulu dengan menggunakan bambu. Dengan berbagai macam usaha yang dilakukan pada tahun 2003 mendapatkan dana hibah dari Belanda sebesar seratus juta rupiah. Proyek tersebut dibawah pengawasan langsung pihak pemilik dana dengan pengawasan yang sangat ketat. Pengawas tidak mau menerima uang sepeserpun, kalau memang ada penyimpangan dan perlu ada yang dibongkar maka harus dibongkar. Ibu kita yang satu ini dapat menyelesaikan proyek dengan baik sehingga mendapatkan acungan jempol dan dihadiahi sebuah kalkulator serta beberapa uang.

Kekurangan dua ruang yang tadinya oleh Kepala Dinas dikatakan jangan dulu mengajukan tetapi melihat sekolah lain mengusulkan terus kemudian pada tahun 2006 memperoleh imbal swadaya Rp 75 juta. Maka selesailah sekolah tersebut direnovasi. Pensiun tanpa meninggalkan beban kelas yang belum tuntas pembangunannya.

(materi profil di Majalah Husnul Khotimah Edisi September 2008)
Wawancara oleh Afriadi, Sunarno, dan Alfarobi. Edit menjadi naskah oleh Sunarno

Naskah ini diposting ulang dalam rangka memperingati Hari Pendidikan

37 comments on “Profil Ibu Guru di Kuningan (Re Post)

  1. Sunggih hebat seorang srikandi yg berjuang untuk anak didik nya mudaj 2 an ilmu yg d sampaikam bermanfaat selamat nya

  2. Oh oh para guru ..engkaulah pendidik yang sejati …walaupun itu murid bukan darah dagingmu tapi engkau iklaskan selalu .

    perjuangan seorang guru akan aku kenang sampai akhir hayatku .

    semangat selalu pak Guru ..
    ————-============————-
    aku tetap semangat

  3. Emang guru pahlawan tanpa tanda jasa yah…..tp mengapa mereka suka terabaikan yah? tuk yg buat puisi two thumbs dech…

  4. Emang guru pahlawan tanpa tanda jasa yah…..tp mengapa mereka suka terabaikan yah? tuk yg buat puisi two thumb dech…
    ————===========—————
    siapa yang mengabaikan?

  5. Salam hormat.
    Puisinya begitu bersahaja. Tidak semua orang boleh mengarang puisi dengan baik.
    Tahniah. Terima kasih.
    ————-===========—————–
    saya sedang belajar menulis puisi

  6. wah… aq jadi bener2 teringat ma masa2 jadi guru dulu pak… menyenangkan … 😦
    sekarang aq terpisah dari dunia itu… 😥
    nice to be a teacher kan??
    —————============————-
    kenangan tentang guru, kenangan yang indah tentu

  7. itulah sosok guru yg sebenernya 😀
    ——————-============————–
    dan kebanyakan memang tinggal di daerah yang jauh dari keramaian

  8. Salam semangat Pak 🙂
    ————–=============———–
    oke semangat selalu

  9. guru adalah gambaran pejuang yang sesungguhnya.. gigih dan tulus ikhlas…
    mantaps ndan.. salam sukses…

    sedj
    ————-================———–
    mungkin atas alasan itulah dulu disematkan istilah pahlawan tanpa tanda jasa

  10. ibu guru seperti itu yang patut diteladani 🙂
    —————-============——
    sangat patut

  11. Guru seperti itulah yang menjadikan bangsa ini bisa terus berdiri kokoh meski diterpa badai sekalipun. Dedikasi dan pengorbanan mereka untuk kemajuan pendidikan di Indonesia patut ditindaklanjuti bahkan harus direalisasikan
    ————–==============—————-
    amin

  12. SALAM HORAS…. jadi guru mang g gampang…. ada senang ada duka… salut saya untuk guru satu ini… Jadi malu ni ma BU guru… soalnya saya masih seorang murid ni…
    ————–============—————–
    gampang susah kalau dijalani dengan senang serasa gampang

  13. Hebat dan salut untuk ibu gurunya ….
    Andai Saja Sifat2 beliau bisa dimiliki oleh semua guru yang ada Dinegei ini……
    Begitulah profil seorang guru, untuk menjadi seorang guru yang bijak peduli terhadap pendidikan secara utuh dan sempurna tidaklah mudah, sudah sejak jauh didalam hati sebelum menjadi seorang guru rasa dan cita2 untuk menjadi seorang guru yang dengan sungguh2 mengabdi demi bangsa dan negara ini sudah tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam sehingga bisa melahirkan seorang guru yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi dan tidak semata2 hanya memikirkan masalah keuangan saja.

    Sangat disayangkan jika Zaman Sekarang ada istilah Akta 4 .. orang yang bukan dari pendidikan bisa menjadi seorang guru hanya dengan mengikuti Akta 4 yang hanya beberapa bulan.. (di tanya alasanya kenapa mengambil Akta 4 .. karena lowongan kerja sulit .. jadi kalau mengambil Akta 4 lowongan kerja guru kaan masih banyak) … dengan sifat yang demikianlah menjadikan dunia pendidikan kita sebuah tanda tanya besar ???
    —————-==============—————
    mohon maaf saya juga alumni Akta 4, namun dedikasi dan semangat saya dalam mengajar, mendidik santri tak kalah dengan teman-teman yang dari FKIP, bahkan jika dibandingkan dengan yang PNS kami jauh lebih banyak mengemban kewajiban dan pesantren kami terbukti banyak santri-santrinya yang kemudian mendapatkan beasiswa, banyak diterima di PTN favorit dalam negeri dan Timur Tengah, ini kalau bicara semata ijazah, bukan dedikasi personal

    • alhamdulillah jika demikian adanya,memang untuk menjadi seorang guru adalah panggilan hati dan jiwa, hanya saja pengalaman yang saya tuangkan diatas hasil cerita dari seorang sahabat saya…
      Andai saja semua guru seperti Bapak dedikasi dan semangat didalam mengajarnya…. semoga saja dunia pendidikan kita untuk kedepan bisa lebih baik lagi pak .. amin.
      —————============————–
      amin, kita hanya bisa berusaha

  14. Wow, cerita pengalaman yang menarik, Pak Narno.
    Saya sungguh tersentuh dan termotivasi.
    Mencintai tugas melebihi pertimbangan-pertimbangan lain.
    Benar-benar Kartini di zaman ini.

    Kalo saya sih,tak sanggup seperti ibu guru yg satu ini.
    Selalu membandingkan dgn keadaan guru2 di kota yg serba enak.
    Jadinya,kehilangan semangat.

    Salut dan hormatku buat Ibu Guru, salut dan terimakasih buat Pak Narno.
    ———————–=============———————-
    sama-sama

  15. Salut dengan pengorbanan ibu Guru yang luar Biasa……
    Sampaikan salam lia untuk Ibu guru itu ya pak…

    Selamat Hari Guru.. tetap semangat Guru-guru ku…
    ————=============———
    semangat ku selalu ada

  16. membaca itu menerima informasi. berharga kan? gratis lagi. tanya mata-mata. berapa bayaran informasi? 3 milyar jadi.
    membaca itu juga aktif karena menggerakkan otak manusia agar neuron nggak nganggur.
    ——————===============————-
    aktifitas yang banyak manfaatnya

  17. lama tak singgah kesini, apa kabar pak Narno?
    wahh.. guru adalah pahlawan yang tanpa tanda jasa itu memang benar adanya…

    salam, ^_^
    ——————=============————-
    penuh dedikasi dalam menjalankan amanah

  18. guru itu adalah orang tua kedua kita selain dirumah…betulkan pak?
    —————================————-
    apalagi kalau yang boarding

  19. Titip salamku untuk ibu guru tersebut.. beliau takkan pernah pensiun jadi guru sampai akhir hayat.
    ————————===================———————
    amin

  20. Subhanallah… sungguh guru yang sangat gigih 🙂
    Semoga semangat beliau menulari guru2 masa kini 🙂
    ———————-=============————
    amin

  21. profil guru sekarang banyak yang berubah mas
    gak seperti yang dulu
    —————–==============————-
    berubahnya di mana Yul? dalam hal apa?

  22. HIDUP CIK GU!!!

    *kibarkan bendera*

    Semoga nanti saya juga bisa berdedikasi T_T
    ———————-=============————-
    amin

  23. susah nyari guru berdedikasi kayak gini pak, apalagi kondisi wilayah kuningan terutama pinggiran kan termasuk berbukit tapi Alhamdulillah saya ngelihat Kuningan justru lebih baik dibanding Serang Banten

    salam
    ————–==========————-
    untuk edisi bulan Mei saya mewawancarai Kepala kantor Departemen Agama Kuningan, beliau bercerita bahkan sebagian besar guru di Serang banten berasal dari Kuningan, Garut dan Ciamis terutama tahun 80-an

  24. guru kan emang pahlawan tanpa tanda jasa 😆 saya juga tertarik untuk jadi guru, lo! hhe, salut deh buat profil guru di atas
    ——————-============————-
    ingin jadi guru?
    Amin

  25. Saya yakin guru di Khusnul Khatimah gak hanya cerdas, tapi juga berahlak baik 🙂
    —————–===============———————-
    amin

  26. SALUT AMA IBUGURU
    :d
    ——————-=============—————-
    terima kasih

  27. Pengorbanan yg mengharukan dari seorang pendidik bangsa, walaupun banyak halangan, keinginan untuk mencerdaskan anak bangsa tetap dilakoni.
    Padahal seperti kita tahu, kesejahteraan mereka sering tidak setimpal dengan nilai pengabdian beliau2 ini, belum lagi gaji yang di sunat dengan aneka macam alasan, atau malah tidak dibayarkan beberapa bulan.
    Lalu dari mana mereka bisa membiayai kehidupannya, anak2 mereka juga khan sekolah dan perlu makan.
    Semoga saja ada perhatian yang serius dari pemerintah.
    KArena dgn pendidikanlah bangsa ini bisa maju sejajar dgn bangsa2 lain.
    Salam
    ————–=============—————
    lebih kasihan lagi sekolah-sekolah swasta yang hanya memiliki beberapa orang murid (total kelas di bawah 6 kelas), jika perhatian pemerintah setempat tak ada maka jelas guru-gurunya sangat jauh di bawah standar sejahtera

  28. WAH MENARIK NIH. BISA DINIKMATI SEMUA ORANG, MEMBERIKAN INFORMASI YANG OKE PUNYA. SEMOGA SELANJUTNYA MEMBERIKAN SEBUAH KARYA YANG LUAR BIASA UNTUK DISUGUHKAN KEPADA PARA PEMBACA SETIA.

    MAMPIR KE BLOG KAMI
    ————-==============——————–
    terima kasih atas kunjungannya

  29. salut kepada ibu guru, saya tak pernah bercita-cita menjadi guru, tetapi hati nurani membawa saya pada dunia pendidikan

    entahlah dari mana jalannya, mungkin sudah diukir air mata untuk pendidikan 🙂

    salam pak narno

    semoga guru tidak menjadi guru yang materialistis, walau hidup memang membutuhkan materi
    ————-=============————–
    saya juga pernah mengulas mengapa saya menjadi guru, menurut saya ini adalah berkah doa orang-orang di sekitar saya

  30. Koq cuma profilnya aja mas, gambar ibu gurunya kqo ndak di pampang sekalian…Jempol aja deh buat segenap pengabdian beliau yang “pengorbanannya” lebih dasyat dari pengorbanan pemimpin dan para pejabat di negeri ini 🙂
    ——————-===============———————
    sudah lama, jadi gambarnya sudah lupa naruh dimana

  31. siang mas. salut buat guru guru kita. tapi kemaren di cirebon ada 2 pegawai disdik di tembus peluru penjahat yang merampas uang untuk gaji para guru..mengenaskan..
    —————–==============————-
    memang penjahat tak mau tahu siapa korbannya

Tinggalkan Balasan ke abet Batalkan balasan

SarahBeauty

Trouver plein de conseille beauté, mode, tendance.

True Love for Sale

by Peach Berman

trozos de mazapán.

cartas o historias pequeñas de amor tan dulces y desmoronables como un mazapán.

HorseAddict

The world is best viewed through the ears of a horse.

Apeka

Meramu, Menulis, lalu dikenang 🌻

DoRee MelNic

Grief Out Loud. Art. And Life.

MYSELF

AS HUMILDES OPINIÕES DE UMA MULHER DE CORAGEM QUE DIZ SIM À VIDA!

Voices from the Margins

A welcoming space for resistance to the forces of oppression and hegemony.

Integrating the Spirals

Integrating the spirals (holism, art, music, and writing) for peace, ease, freedom, and alignment of mind, body, spirit, and soul.

Wolff Poetry Literary Magazine

A Poet's Place | Wolff Poetry Literary Magazine is Publishing Poetry Submitted by Published & Emerging Writers,

Katherine's Blog

In Kate's World

Embracing Creativity - BBYCGN: Yancosky

Spiritual writings, messages, creative expression, and arts to broaden community awareness and insight

Istiqomah, bersabar, dan bersyukurlah selalu... Karena Allah selalu ada bersamamu...

Tersenyumlah,, Allah mencintaimu lebih dari yang kau perlu (Tasaro GK)