Siapa sebenarnya yang menjadi penguasa dan siapa yang resmi jadi penguasa. Segala sesuatunya terasa rumit dan bahkan tak terjangkau oleh nalar orang-orang yang tak paham politik seperti saya ini. Tak jarang antara penguasa dan pengusaha saling bersimbiosis dalam kepentingannya masing-masing. Tak peduli kalau harus mengorbankan salah satu warganya. Asal simbiosis ini jangan terganggu. Itulah yang terjadi dengan warga Sindangsiuk yang dengan gigih mempertahankan mata air warisan leluhur yang akan dieksploitasi besar-besaran oleh pengusaha yang berkongkalikong dengan penguasa.
Bahkan jauh sebelumnya persekongkolan antara aparat desa dengan pihak-pihak yang tak suka kemajuan pesantren bambu hitam telah menghancurleburkan pesantren didukung aparat keamanan tinggal menyisakan empat atau lima orang yang selamat. Empat yang pasti, sedangkan yang satunya tak jelas benar, apakah waktu itu sudah berupa janin atau belum.
Salah seorang santri kesayangan sang ajengan berhasil lolos dengan membawa serta putra ajengan dari istri pertama. Sedangkan istri kedua tak bisa lolos seratus persen, karena sebelum bisa meninggalkan rumahnya harus mengalami penyiksaan yang luar biasa dan salah satu pelakunya adalah kepala desa sebagai pelampiasan dendam karena si wanita lebih memilih ajengan sebagi suaminya meski dengan status istri kedua, bukan memilih kepala desa. Belum lagi siksaan berikutnya yang membuat hidupnya benar-benar menjadi gila. Para penyiksa itu belum puas dengan siksaan fisik yang dilakukan, masih juga memasukkan benihnya ke dalam rahim istri kedua ajengan.
Saudara seayah dari dua ibu (setidaknya menurut Amyah), memiliki liku hidup yang keras, kelam, dan ganas. Amyah yang memiliki kekuatan luar biasa telah melampiaskan dendamnya dengan mempersonifikasikan dengan melebihi apa yang telah dilakukan oleh Al Hallaj bahkan kata Kyai Darman Amyah telah berlaku seperti Fir’aun lebih dari Syeh Siti Jenar. Sebaliknya Wiru (Darah Biru) mengikrarkan diri bahwa kekalutan hidupnya bisa berakhir kalau dia memilih merdeka untuk tidak merdeka, artinya memeluk Islam sepenuhnya. Dan Amyah memilih mengakhiri hidupnya di tangan Tanah Biru yang diakuinya sebagai adik lain ibu. Dan itu pula yang disebut-sebut oleh Amyah sebagai pilihan terhormat, daripada menganggap Wiru anak hasil perkosaan.
Anggapan Amyah bukan tanpa alasan, karena saat Amyah diungsikan ke rumah ibu tirinya merasa bahwa sang ibu tiri telah mulai ada tanda-tanda kehamilan, siapa lagi kalau bukan Tanah Biru, karena dialah satu-satunya anak kandung ibu tirinya Amyah.
Itulah sekelumit gambaran kisah Tanah Biru yang diracik oleh Pandu A Hamzah penulis Kuningan yang telah melanglang ke berbagai kota. Di dalamnya banyak pula terdapat puisi, salah satu di antaranya adalah:
taneuh taneuh biru
waras tumekaning jati
jati tumekaning waras
waras sing waluya
waluyakeun anak kuring….
(Jika ada yang ingin tahu artinya silahkan bertanya online ke Cigugur).
I for all time emailed this webpage post page to all
my friends, as if like to read it after that my contacts
will too.
yup, ini novel terbagus yg pernah aq baca, seru. cuma dirilis bawah tanah ya? apa pernah dilarang?
————–============————–
saya juga tidak tahu, saya dapatnya di toko buku milik temen
baru ya ini? rekomendasi ndak??
————-======————–
sudah agak lama
waw penulis dari ranah sunda kan pak..hebat salut ^^
—————–================————-
ya asli sunda