Kisah ini masih ada sambungannya dengan kado cinta. Kalau Merah di Jenin saya beli langsung waktu Bazar Milad FLP, maka Cermin dan Malam Ganjil saya dapatkan sehari setelah milad selesai.
Inipun sesuatu yang tak terduga. Waktu itu sebagai anggota rombongan yang paling tua dari Jawa Tengah maka saya didaulat sebagai pimpinan rombongan (meskipun berangkatnya sendiri-sendiri). Nah pulangnya kita bareng naik kereta jurusan Jakarta – Semarang. Di dalam kereta itulah saya mendapatkan bingkisan dari salah seorang penulisnya, yang memang termasuk anggota rombongan Jawa Tengah.
Cermin dan Malam Ganjil didukung oleh lebih banyak orang, hingga 17 orang. Antologi cerpen ini dimulai oleh Asma Nadia dengan Semesta Keluh, berkisah tentang keluh kesah manusia di padang mahsyar. Berbagai macam keluhan diungkapkan di sana.
Yang memberiku hadiah menuliskan Jas Putih dan Langit Malam, kisahnya begitu filosofis. Percakapan antar dokter yang ingin terwujudnya harapan baru untuk bumi berupa persaudaraan, namun yang diperolehnya adalah:
”Hanya untuk menjual obat, ternyata sangat sulit. Mereka tidak percaya dan menyebutku pembohong yang harus disingkirkan…” desah lelaki itu.
Malam Ganjil ditulis oleh seseorang yang belum pernah aku temui bernama Griven H Putera. Kritikan tajam bagi penghambur pulsa yang justru melebihi kebutuhan cicilan motor. Yang banyak menerima SMS ganjil, namun justru dari situlah awal ksadaran tentang diri dan diakhiri secara manis dengan telatnya dua istrinya alias hamil.
Ada juga yang unik, Menunggu Mati. Mati kok ditunggu ya, apa maksudnya? Kita tanya saja pada Ibnu HS
”Saya ingin ditemani saat kematian itu datang menjemput saya tepat jam dua belas malam ini” katanya dengan yakin.
Diakhir cerita pagi subuh kedapatan lelaki itu telah beku dengan tabung arak yang telah kosong dalam pelukannya.
Sebuah kisah awal perjuangan Pangeran Diponegoro diulas oleh Sakti Wibowo yang kadang juga menggunakan nama Sakti Mandraguna. Dan Bara Kagum Menjadi Api, kekaguman sang kakek akan kepedulian Panngeran terhadap nasib rakyatnya yang ternyata tak lama kemudian pecah perang Diponegoro. Seperti biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang penuh dengan kias.
Kumpulan cerpen ini diakhiri dengan judul Cermin karya Yus R Ismail. Adalah pergulatan batin seorang anak manusia dalam mengarungi hidupnya.
cerpennya bagus?jadi pingin baca.. soalny saya suka banget baca cerpen atw novel..
fiuuuhh…baca ringkasannya ja saya tertarik, pngn baca bukunya….
——————-=================—————-
silahkan untuk dibaca-baca