Kangen dengan novel bersetting sejarah, namun apa daya belum ada yang baru. Belum sempat beli, juga belum mengaduk kembali kumpulan literasi yang di almari. Maka cukuplah kuaduk kembali postingan usang tentang intrik-intrik di masyarakat.
Tak pernah bosan kubaca kembali. Dan mungkin sudah puluhan kali kulongok kembali, sekedar selintas atau kadang mengaduk emosi kembali, menelisik kata demi kata. Kembali menyisipkan huruf untuk diposting kembali
Ini sebuah kisah yang amat menegangkan, penuh menguras emosi. Pencurian yang banyak menyiratkan teka-teki. Seperti sebuah skenario panjang melawan kemarau yang nyaris tanpa ujung.
Pernahkah terlintas dalam benak kita bahwa suatu skenario pencurian didalangi oleh sang empunya rumah? Mungkin, itu jawaban yang bisa kita ajukan. Dengan alasan-alasan tertentu. DEmi mendongkrak citra misalnya. Namun ini lain. Mungkinkah seseorang yang paling dihormati di negerinya, paling dituakan dan merupakan sesepuh dalam mengamalkan agamanya mendalangi suatu tindak pencurian di istananya sendiri? Mustahil bagi logika saya. Apa pula keperluannya. Citra apa yang perlu didongkraknya. Tidak ada bukan?
Benda yang hilang dari nilai ekonomi tak kan ada yang mau membelinya. Hanyalah selembar kain lusuh yang sudah dimakan usia dan sepotong payung yang tak kalah tuanya. Namun bagi mereka yang tersedak kecubung kekuasaan maka kedua hal tersebut merupakan perlambang tertinggi untuk mendapatkan derajat sebagai raja. Dianggap belum sah apabila mengikrarkan diri sebagai raja namun tanpa disertai dengan dua benda ajaib tersebut.
Peristiwa pencurian yang sangat unik. Ditandai dengan kejadian yang amat ganjil dimana sebagian besar penghuni istana terlelap dalam buaian mimpi, tak terkecuali para prajurit yang bertanggung jawab atas keamanan. Hanya beberapa gelintir manusia yang masih terjaga. Di antaranya Gayatri, Arya Tadah dan Gajah Mada. Buaian mimpi tersebut bukan kejadian lumrah akan tetapi perkara yang terjadi yang secara disengaja untuk melenakan kewaspadaan. Setidaknya itulah kesimpulan beberapa pihak yang pada awalnya sangat tidak diterima oleh Bekel Gajah Mada.
Pagi harinya geger setelah diketahui yang hilang adalah dua benda berupa payung dan secarik kain. Tak lebih tak kurang. Tanpa mengubah posisi benda-benda yang lain. pencurian yang sangat rapi, dan bermakna politik.
Perintah aneh pertama kali yang diucapkan oleh sang ratu adalah menugaskan Gajah Enggon anak buah Gajah Mada untuk melacak hilangnya dua benda tersebut ke Ujung Galuh (Kini Surabaya). Dikatakan pula disanalah kehidupan dirinya baru dimulai, tidak disebutkan bagaimana dengan kedua benda ajaib tersebut. Sebagai abdi Gajah Enggon tak mau bertanya meskipun tak bisa mengerti tugas macam apa yang sedang diembannya. namun sekaligus berkeyakinan perintah serang ratu tentu bukanlah perintah yang main-main. ada kaitan atau tidak tetap wajib diyakini ada kaitannya.
Baru saja Gajah Enggon menemukan jejak lelaki yang menyandang payung disertai dengan petir yang menggelegar dan tentu hujan yang kian deras, tiba-tiba dikejutkan oleh lelaki tua yang menghadangnya. Lebih mengejutkan lagi lelaki yang sama sekali belum dikenalnya itu dengan tegas memanggil namanya ditambah lagi mengajaknya singgah untuk dinikahkah dengan satu-satunya cucu perempuan yang dimilikinya. semakin banyak keganjilan yang ditemuinya. Satu belum terurai, teka-teki baru muncul silih berganti.
Setelah prosesi pernikahan selesai, Gajah Enggon membawa serta istrinya untuk melacak kembali jejak hujan yang selalu ditemukan bersamaan dengan payung yang dibuka. Ternyata perburuan terhadap dua benda antik tersebut tak hanya dilakukan oleh Gajah Enggon, akan tetapi ada pihak lain yang merasa lebih berhak untuk memiliki karena telah mabuk kekuasaan, ingin merebutnya sebagai simbol untuk mewisuda dirinya sebagai penguasa di sebagian tanah jawa. Maka tak bisa dihindari pertarungan segitiga sering terjadi.
Makin aneh adalah perjalanan pembawa payung keramat justru semakin mendekati pusat kota. Artinya semakin mendekati tempat dimana benda itu tadinya dicuri. Ada apa pencuri benda pusaka justru semakin mendekatkan diri ke tuannya? Padahal sang tuan telah mengirim utusan untuk melacaknya. Benarkah dia pencurinya?
Keanehan berikutnya adalah, sesampainya di empunya dua benda ajaib tersebut diserahkan oleh pembawanya secara santun kepada wanita yang paling dihormati dinegri itu dan juga diterima dengan sangat baik tanpa ada proses penangkapan sama sekali. Karena siapa pula yang akan berani menangkap seseorang yang kelihatan akrab dengan seorang ibu yang paling dihormati itu. Benarkah dia pencurinya? Atau penyelemat?
Keanehan terakhir yang membuat semua yang menyaksikan peristiwa serah terima kedua benda pusaka itu adalah panggilan sang pencuri (katakankah begitu) kepada sang ibu dengan panggilan bibi Sri Yendra, padahal yang lainnya selalu memanggilnya dengan sebutan Ibu Ratu. Belum lagi ucapan terima kasih sang ibu kepada pelaku dengan mengatakan bahwa Negara amat berutang budi pada apa yang telah dikerjakannya. Jadi lelaki sopan itu pencurinya apa bukan?
Dan dari situlah terungkap siapa sebenarnya dalang dari pencurian benda pusaka tersebut.
Kisah ini selengkapnya bisa didapatkan di Gajah Mada Hamukti Palapa yang dikisahkan oleh Langit Kresna Hariadi. Selamat melacak jejak hujan
pak kaalu nyari sejarah tentang percandian di indonesia ada buku rekomendasikah?
Babad Majapahit baik saat sedang jaya-jayanya hingga surut kekuasaannya beralih ke Demak, enak sekali diikuti ceritanya. Ingat Majapahit ingat pula jejak peninggalan kerajaan nan megah ini di Trowulan. Berdiri di Trowulan, energi tubuh ini akan tersedot ke masa lampau, saat penguasa Majapahit sedang menangani intrik istana.
————–===============———–
saya suka mengikuti kisah kisah masa lalu melalui novel, dan setiap penulis selalu ada hal baru yang tak diangkat oleh penulis yang lain. sama-sama mengupas awal mula berdirinya Majapahit antara Langit dengan Arswendo beda alur ceritanya meskipun sama-sama intrik peperangan
jadi penasaran ingin membacanya pak.. 🙂
————===============—————-
silahkan dilacak bukunya
wah .. jadi pengen baca langsung cerita keseluruhannya nih mas
———————================————–
ayo mbak,segera baca saya sudah berulang kali membacanya
mampir ne
Buku yang sudah lama saya idamkan. namun sampai sekarang belum keturutan membacanya.
————-===============—————-
kadang saya juga mengalami hal itu, yang akhirnya terlupakan ketutup sama kebutuhan yang lain/em>
Novel dengan setting sejarah yang apik, terima kasih Pak telah berbagi review menarik ini. Salam
—————=====================—————
sama-sama Bu<
hmm..menarik ya Pak..
—===============————
sangat-sangat menarik
Itu bisa terjadi di zaman saat ini. Artinya punya kepentigan dalam mewujudkan sebuah keinginan dan perlu siasat untuk mendapatkan sesuatu.
—————-================————–
dengan caranya masing-masing Bang
Ceritanya sangat menarik.
Jadi dalang pencurinya Ibu Ratu ya? maaf kalo salah.
Pencurian seapik apapun ujungnya ketahuan juga.
—————–===============————
yang tak saya mengerti kalau tujuan adalah untuk rakyatnya juga kenapa harus ada skenario pencurian segala
Habis melacak, siapkan payung 😀
——————-================———-
hati-hati musim hujan
mantep banget, ceritanya rapih dan unik
salam mas
————–================—————-
salam kembali
Konspirasi politik, intrik dan nepotisme sudah dijalani oleh penguasa jaman dulu ya mas ustadz.. 😀
Karena mataku udah ngga kuat baca buku (kecuali digital) dengan baca sinopsis ini udah cukup lengkap rasanya… matur nuwun sanget sharingnya… (y)
————–==============————–
inggih leres, saya menemukan jejak konspirasi lewat Langit Kresna Hariadi yang tertua adalah Ken Aron dari penjahat menjadi penguasa, kemudian yang ini dan sebelumnya pernah juga membaca Senopati Pamungkas yang banyak mengupas intrik-intrik awal mula sejarah Majapahit
Ahaaa, Mas Langit Kresna Hariadi, beberapa kali saya ngobrol dengannya saat dulu sering main ke Jendela, Jogja.
————-================————
wah pingin juga nih main ke Jendela