Aku lupa sampai paragraf keberapa
Mengabadikan kenangan di perantauan
Tentang kabut yang merebut jarak pandang
Meliuk melanglang tujuan tak karuan
Orang-orang menyalakan perapian
Dari kayu-kayu potongan
Mengalungkan sarung menghangatkan
Sesekali malam-malam bertandang
Tak lupa film kungfu jadi tontonan
Di akhir tahun sembilan puluhan
Masih kuingat kau terbahak-bahak
Aku tersedak gara-gara klembak
Di depanku kau hisap kuat-kuat
Kemudian kau hembuskan pelan-pelan
Tepat di depan organ pernafasan
Bagaimana aku tidak tersedak
Aku bukanlah salah satu penggemarnya
Kain sarungku tak bisa menolak
Bekas asap klembak menempel kuat
Aku lupa menuliskannya
Kami serombongan siap pulang
Kalian datang menghadang
Melarang kami pulang
Dan bak terbuka kalian persiapkan
Siklon menurut yang kalian namakan
Tak boleh pulang sebelum keliling dataran
Tak ada negosiasi, tak ada pembicaraan
Keliling wisata seharian
Selalu pasti kuingat
Tak boleh ada pembicaraan
Setiap mendekati pintu masuk wisata
Kami paham logat sangat menentukan
Biarlah kucatat dalam ingatan
Pagi gerimis kita tetap ke ladang
Berkalungkan sarung juga jaketan
Aku tak mau kehilangan data penelitian
Meskipun harus di bawah hujan
Tetap menghitung si phthoromaea
Dalam petak-petak yang dipersiapkan
Yang suka mencicipi kentang di ladang
Juga di gudang
Di bawah delapan belas derajat
Kata pak camat memberikan bantuan
Data tambahan dalam penelitian
Nopember 2019 di jelang malam
si phthoromaea adalah si Phthoromaea operculella jenis ulat yang banyak merugikan petani kentang karena menyerang umbi dan tanaman kentang, baik di ladang maupun di gudang penyimpanan
[…] 2. Kampung Manisku//Biarlah Kucatat dalam Ingatan […]
[…] pagi baginya. Salut kepada orang yang bisa konsisten begitu. Aku mampir dalam sebuah puisi berjudul Biarlah Kucatat Dalam Ingatan dan memberi komentar, “Penerimaan yang alami tanpa rekayasa, karena mereka masih polos apa […]
Penerimaan yang alami tanpa rekayasa, karena mereka masih polos apa adanya. Keren puisinya Pak.
terima kasih, kira-kira kisah ini seumuran dengan dilan nggak ya…. hahahaha
Sepertinya seumuran deh… He he he
kalau lihat tahunnya sepertinya iya
Puisi Mas Narno selalu bagus-bagus!😸
Eh Pak Narno ding wkwk😸
gapapa biarlah seperti masih muda wkwkk
terima kasih
Terbaekk 😻
terima kasih
Suhu 18 derajat sama seperti udara subuh di rumah saya di bandung, Mas Narno.
Pengalaman merantau, apalagi yang berkesan memang sulit untuk dilupakan.
Kalau skripsi saya lebih banyak dihabiskan di depan komputer.
ini 18 derajat di siang hari Mas Fahmi, kalau bulan agustus kabarnya bisa mencapai nol derajat dan ada salju
untuk skripsi saya sengaja memilih yang bisa jalan-jalan tidak banyak keluar biaya. teman-teman yang di kampus habisnya banyak karena serba biaya sendiri
Widihh… dingin banget, Mas.
Boleh tau di daerah mana ini?
pegunungan Dieng, seperti Pangalengan kalau di Bandung pusat sayuran kentang
Oh iya. Saya belum pernah ke sana tapi tau dinginnya
Klembak itu nama sebuah rokok?
bumbunya, disatukan dengan menyan. asapnya luar biasa banyaknya
Wihh.. ngebul sekaligus wangi
ngebul banget, itu yang bikin saya tersedak, padahal bukan perokok
Ngebul boleh, ngibul jangan
Hehe
ok ok. Kondisi sekarang seperti apa saya sudah tidak tahu lagi
Sudah lama banget ya
saat mengambil data skripsi diselingi ikut demonstrasi