2 Komentar

Mbah Danu

Aku teringat sebuah cerpen yang ditulis oleh Nugroho Notosusanto. Yang terkenang bukan penulisnya ataupun cerpennya. Tetapi ada kisah tersendiri di balik cerpen ini.

Saat itu masa SMA, guru Bahasa Indonesia memberikan tugas untuk meresensi cerpen yang dibacakan oleh guru. Sesuai dengan kondisi saat itu yang belum ada internet, satu-satunya buku ya yang dipegang oleh Pak Guru. Kita -para murid-, diwajibkan menyimak. Pertemuan berikutnya diminta presentasi di depan kelas, dengan pembagian menjadi empat kelompok, berdasarkan deretan tempat duduk.

Entah bagaimana dengan teman-teman sekelompokku, entah juga aku tak tahu kerja sama di kelompok lain.  Yang jelas sampai detik-detik terakhir akan presentasi, belum ada tanda-tanda kesepakatan, atau ada yang menyataan diri siap mewakili. Aku juga tak ambil pusing. Aku punya sedikit catatan.

Tiga kelompok dengan perwakilannya bergiliran presentasi di depan kelas. Pak guru belum ada komentar apa-apa. Giliran kelompokku, aku tengak tengok, taka da yang bergerak, tak ada juga yang sepertinya gelisah. Tak ada pilihan lain, aku juga tak mau malu, akhirnya akulah yang maju dengan membawa catatan seadanya.

Mungkin inilah saat aku tidak jujur kepada Pak Guru maupun teman-teman. Buku kubuka, mata seolah focus membaca, padahal kenyataannya tidak demikian. Aku ngomong saja menurut yang terlintas dalam pikiran, menggabungkan dengan pengetahuan yang pernah kudapatan dengan cerita yang dibacakan oleh Pak Guru di pertemuan  sebelumnya. Sangat lancar, seperti bukan diriku yang biasanya kurang pede, bahkan sampai grogi.

Setelah aku kembali ke tempat duduk, barulah Pak Guru memberikan ulasan, satu-satunya kelompok yang disanjung dan dianggap berhasil adalah kelompokku.

Bahkan Pak Guru memberikan semangat bahwa di masa depan aku bisa tumbuh menjadi seorang penulis.

Sepertinya inilah cikal bakal diriku saat ini, yang mencintai sastra yang sudah diprediksi oleh Pak Guru yang mengampu pelajaran Bahasa Indonesia saat di SMA.

Kaitannya dengan Mbah Danu apa? Cerpen yang dibahas kelas saat itu judulnya Mbah Danu, karya Nugroho Notosusanto.

Iklan

2 comments on “Mbah Danu

  1. Guru seperti itulah yang selalu dibutuhkan untuk melahirkan generasi yang berkualitas. Karena dukungan dan semangat dari mereka itu ngefek banget ke siswa sampai ia dewasa…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

True Love for Sale

by Peach Berman

trozos de mazapán.

cartas o historias pequeñas de amor tan dulces y desmoronables como un mazapán.

HorseAddict

The world is best viewed through the ears of a horse.

Akhwat Peramu Kata

Meramu, Menulis, lalu dikenang 🌻

DoRee MelNic

Grief Out Loud. Art. And Life.

MYSELF

AS HUMILDES OPINIÕES DE UMA MULHER DE CORAGEM QUE DIZ SIM À VIDA!

Wholly Integrating Spirals

Integrating the spirals to free mind, body, spirit, and soul.

Wolff Poetry Literary Magazine

A Poet's Place | Wolff Poetry Literary Magazine is Publishing Poetry Submitted by Published & Emerging Writers,

Katherine's Blog

In Kate's World

BBYCGN Writing

Creative Writing, Poetry, Short Stories and Art For All Ages

Istiqomah, bersabar, dan bersyukurlah selalu... Karena Allah selalu ada bersamamu...

Tersenyumlah,, Allah mencintaimu lebih dari yang kau perlu (Tasaro GK)

%d blogger menyukai ini: