begitu sajalah adanya kita bertemu apa adanya jumpa tanpa ikatan apa-apa tak ada janji kita ikrarkan juga tak pernah kubisikkan hanya mengapa kemudian inginnya selalu temu terbayang saja sepanjang waktu nadiku memburu darah mengalir makin cepat menaikkan tensi yang tak seberapa ada geletar tak terjaga meminta pemenuhan rasa kampungmanis, 2 Maret 2021
Begitu Sajalah
Perbincangan Kita
kita hanya membincangkan masa depan yang tak karuan adanya trotoar makin dibenamkan pejalan kaki kehilangan jalanan lampu-lampu kian mengembang juga menerangi beringin di tengah alun-alun yang bikin bingung sejak kapan tak lagi jadi parkiran kembali hijau seperti masa mataram jalur utara kehilangan keramaian omset yang kabarnya menurun tajam sejak jalur cepat dicanangkan dan segera realisasi kenyataan membayar kecepatan tak bisa dibilang murah dalam jangkauan tentu tetap ada yang diuntungkan perbincangan kita hanyalah bahan tertawaan, mungkin candaan tak benar-benar paham perubahan meski dalam lingkar kehidupan kampungmanis, 27 Februari 2021
Masih Saja Kutuliskan
masih saja kutuliskan sajak-sajak tanpa masa depan belajar dari kesunyian desauan angin berkepanjangan suara-suara hujan, seperti hujan daun-daun menggulung, daun mengembang daun kehilangan lembaran masih saja kutuliskan kebekuan, kebisuan juga kegaduhan, kebisingan yang menjengkelkan, nurani diaduk-aduk perseteruan betapa tidak, mereka seenaknya menyalahkan tanpa rasa bersalah di atas tawa menghinakan masih saja kutuliskan sajak-sajak tanpa masa depan kampungmanis, 27 Pebruari 2021
Sepi pada Hati Sendiri
gumam lirih dini hari dalam puisi yang belum berhenti sembunyi terus saja sembunyi dibalik isi yang tak dimengerti pertanyaan silih berganti begini tempatku berdiri ujaran, hasutan berseliweran tak jarang jadi panutan berkembang makin kelebatan menyelinap melupakan kesadaran nurani entah siapa mengebiri lebih sering memilih ke tepi sepi pada hati sendiri kampungmanis, 26 Februari 2021
Kegaduhan
kata-kata yang dikeluarkan adalah kegaduhan bising menjengkelkan di atas tawanya yang riang baginya gizi paling idaman kampungmanis, 25 Februari 2021
Mendung
kembung lambung mendung melengkung di punggung kampung kian memadat kian pekat menjaring angin menawarkan perjalanan sebagai hujan kampungmanisku, 23 Februari 2021
Seperti Mimpi Saja
seperti mimpi saja lempar sana sini sajak sesuap nasi yang diharap recehan gemerincing bertindih dari belas kasihan atau keterpaksaan tak ada pilihan tanpa keberanian berseling seselip uang kertas lumayan penambah harapan lagi-lagi kutemukan di jalur selatan engkaukah penyair atau penyanyi jalanan. Lagu luka, sajak luka teriris-iris mempertanyakan rasa lapar yang dilaparkan di mana-mana lantang lemparan sajak makin garang di jalur selatan sering kutemukan puluhan tahun silam kampungmanis, 22 Pebruari 2021
Bagaimana Aku Merapalkan
Bagaimana aku membayangkan merapalkan angka-angka di depan menara, tugu pelajar yang berkibar dipegang dua orang remaja melambai entah memanggil siapa, jalanan begitu ramai, anak-anak sedang pulang pada matahari telah tinggi beberapa hari lalu bergeser dari arah selatan, perubahan musim selalu terjadi kata bu guru yang mengajar geografi.
Aku tak bisa berhenti di depan menara yang tugu pelajar itu. Tak merasa yang dilambai dipanggil. Tetap kuayunkan langkah ke arah matahari terbenam, kau tahu kenapa. Ya, ke sanalah orang tuaku tinggal. Jalan kaki dua puluh menit cukup dua kilometer. Tak peduli kondektur menawarkan tumpangan, tentu berbayar, meski seratus rupiah. Seratus rupiah? Ya, tepat untuk saat itu. Aku lebih memilih meniti jalan setapak yang sebenarnya terasering sawah. Asalkan tidak sedang ditambal, diperbaiki agar tidak pecah-pecah, tidak patah, tidak terbawa arus air yang kadang bisa juga deras. Ada sungai kecil menjadi sabuk kampung. Aku biasa menitinya sendirian atau kadang dengan satu, mungkin dua teman.
Bagaimana aku merapal huruf-huruf arab di depan teman-teman melingkar di dekat kentongan juga bedug di serambi depan milik masjid kampung kami. Sebelum lampu petromak kehabisan angin untuk kembali dipompa, atau kehabisan bensin, maka pulanglah semua atau cukup telentang sampai tidur sungguhan. Jika malam minggu datang, saatnya nonton akhir pekan di layar hitam putih milik pak lurah di tepi jalan raya. Semoga tidak ada hujan.
Kampungmanis, 21 Pebruari 2021
Libur Menulis Puisi
Hari ini aku libur menulis puisi. Cukuplah ke sana kemari, membaca puisi. Mengulik kembali apa yang ada di sini. Puisi lama yang perlu kembali dijamah. Ditelaah, siapa tahu ada yang baru, baru ditemukan arti lain. Mungkin.Ya, mungkin saja.
Juga sesekali ingin kutahu orang lain juga banyak berpuisi. Jadi bukan aku saja. Aku suka puisi-puisi mereka
Lintasan Hujan
kulihat matahari kian meninggalkan selatan lintasan hujan makin rapat sesekali bersulam kedinginan mengantar kabut yang mengelam bagaimana aku harus diam talang tak berhenti melolong menjeritkan luka sayatan lumut membalut kabut pada genteng yang basah kampungmanis, 19 Pebruari 2021