Salah satu sunah puasa adalah makan sahur. Bukan wajib memang, tapi sangat disayangkan kalau terlewatkan, ada kesempatan makan-makan sebelum dilarang seharian. Waktunya sebelum azan subuh dikumandangkan.
Di beberapa daerah ada saja ide kreatif untuk membangunkan saat makan sahur. Masa kecilku sangatlah sederhana. Cukup dengan pengeras suara di masjid, menyampaikan kata-kata (sahur-sahur, sampun jam… = sahur-sahur, sekarang jam…). Memang tak ada seninya, datar-datar saja. Itu sudah cukup, karena juga dibantu para pemuda yang tidur di masjid, pulang membangunkan keluarganya masing-masing untuk makan sahur.
Di perantauan membuka wawasan baru. Di Purwokerto, ada pawai kentongan, iramanya enak untuk didengarkan, sedikit sekali ada ucapan-ucapan. Teringat ternyata di kampungku dulu juga ada, hanya bukan persis di kampungku, hanya terdengar sayup-sayup saja (artinya kampung yang cukup jauh). Bahkan, pernah juga ada lombanya, dinilai kekompakan dan iramanya yang enak di telinga, kenyamanan bagi yang mendengarkan.
Berikutnya, ini yang mohon maaf, iramanya suka-suka yang melakukan. Sesuai dengan niatnya untuk membangunkan, irama yang keras, menyebabkan yang dibangunkan mudah untuk bangun. Alat yang dipakai pun sekenanya, yang penting bisa dipukul, mengeluarkan bunyi-bunyian, termasuk galon air yang kosong.
Dan yang terbaru, baru tahun ini kutemukan beredar dari wa saudara di lain tempat perantauan, yang keliling mukul kentongan sambil nyanyi: sahur ora sahur terserah sing penting aku wis gugah (sahur atau tidak terserah saja, yang penting kami sudah membangunkan untuk sahur). Ada-ada saja kreatifitasnya, menegasikan yang tentu harapannya tetap membangunkan.