38 Komentar

Kabut Itu Turun (Dieng suatu hari)

Embun memeluk erat batu beku
Nafas menekan dada hingga sesak
Selimut tebal menggulung sepi
Tak jua beranjak
Tanpa perapian penghangatan

Pagi-pagi matahari tergadaikan
Bumi kaku menenggak malam
Langit kian tak ada jarak
Gunung merunduk terbalut kaku
Cemara hanya mampu berjajar gigil
Rumah-rumah memutih ditelan kabut

Kampung mati senyap

Embun memeluk erat batu beku
Daun-daun resah dalam igau
Melayang-layang tanpa tempat berpijak

Aku sujud dalam sunyi

(Purwokerto, 2000)

38 comments on “Kabut Itu Turun (Dieng suatu hari)

  1. maaf saya juga belum pernah ke dieng. pingin rasanya ke sana kapan ya. salam ukhuwah saja dari Pekanbaru. salam kenal ya. jangan lupa kunjungi juga blog kita ya
    —++—
    Sesekali jalan-jalan Pak. pemandangannya indah

  2. kalo di alam terbuka, kyknya semua orang jadi puitis dan melankolis…

    pengen ke dieng, lom pernah euy
    —++—
    ayo, main kesana

  3. membaca puisinya jadi serasa disana deh..
    cuman aku rada tergelitik dengan kata2 mas ke mbak siti fatimah : sebagian besar puisi saya adalah puisi keresahan…
    emang mas narno resah karena apa ne?
    —+++—-
    ada deh

  4. Berpuisilah saudaraku,karena itu akan meringankan beban pikiran.
    Lepaskanlah untaian kata walau tak berujung dan tak berawal
    —+++—-
    oke, oke, oke

  5. Tulisannya bagus, tapi aye kagak ngatri nih, maklum buru2 hehe, Tararengkyu
    —++—-
    matur nuwun

  6. Waduh, aku enggak pernah ke dieng tuh mas….
    Pasti dingin.
    —+++—-
    Sekarang yuk main ke Dieng

  7. Walau kurang memahami maksud puisi tersebut…namun saya senang membaca bahasa yang digunakan. Sungguh puitis seperti ingin membuang resah di dalam jiwa. Salam hormat.
    —-+++—–
    sebagian besar puisi saya adalah puisi keresahan

  8. nice poem
    —–+++_—–
    terima kasih

  9. Ku sujud dalam malam
    Dalam kamar temaram
    Tak kuasa ku terisak
    mengingat sgla maksiat
    yang slama ini kuperbuat
    Apakah masih ada pintu Tobat?

    Terima kasih, telah berkunjung di blog saya.
    Salam

    madsyair
    ———++++——
    pintu taubat tidak pernah tertutup bagi seseorang sebelum sakaratul maut menjemput

  10. Kl ke Dieng, aku diajak dong…
    Blm pernah blass sekalipun kesana…
    Hiks 😦
    —–++++—–
    terakhir ke sana ya, beberapa saat sebelum puisi ini ditulis, jadi sudah 8 tahun lebih

  11. Semoga hari-mu menyenangkan 🙂
    —-+++—-
    menyenangkan bersama diajeng

  12. Diajeng mengundang akang untuk sama-sama disscus di pinggir danau…jangan ndak datang ya 🙂
    —-+++—–
    sudah datang dua kali, he he pertama gak meninggalkan jejak maaf buru-buru ada yang nunggu, kedua oke deh

  13. sore kang…:) apa khabarmu hari ini ? semoga sehat ya….:)
    —-+++—–
    alhamdulillah sehat

  14. makasih atas komennya……
    kalau kamu punya puisi baru tolong hubungi aq lagi yah
    —+++—-
    oke, saya masih punya banyak stok

  15. Hi Friend.. Interesting post.. Keep up the good work.. Do visit my blog and post your comments.. Take care mate.. Cheers!!!
    —–++++—-
    wah maaf jujur saja. kalau postingan yang begitu pusing saya

  16. wah blog kumpulan puisi ya? kreatif 🙂
    —-+++—-
    biasa saja kok

  17. hm/kabut di Dieng, ya, pak ?
    —-+++—–
    tul

  18. Dieng memang dingin dan berkabut…dan risiko kena longsoran di jalan antara Wonosobo dan Dieng
    —–++++—–
    betul, stuktur tanahnya yang subur dan tidak lagi banyak tanaman keras sangat rawan longsor

  19. sbnrnya g tahu daerah mn.. :mrgreen:
    tp membacanya membuat kita mencintainya….
    bang, ganti link blogQ y…hehehe
    —+++—-
    pokoknya di Jawa.
    Oke link dah diganti

  20. wah kamu ahli juga yah dalam buat puisi….
    anak sastra yah/……
    —+++—–
    sastra itu mengasyikkan, tidak harus sekolah sastra kan?

  21. padahal kemaren hampir nyampe sana…
    —-+++—
    sana lagi yuk

  22. aku pgn ke dieng je .. 😦
    —-+++—-
    ayo, saya juga sudah lama tidak menengok Dieng

  23. ah,… mampir ah….
    ==___====
    monggo, monggo

  24. Di Dieng lidahku kelu, gemerlap kota hanya ilusi…
    —-+++—-
    Susah ngomong atau tertipu minum kopi, sehingga bibir pecah-pecah?

  25. Gunung Dieng, kesan mistis selalu teringat ketika mendengar nama itu. Thanks
    —-+++—-
    diduga candi tertua ada di sana dan sangat banyak, baik yang masih utuh maupun yang sudah hilang

  26. ga ngerti puisiii…
    hohhohohohohohohohoho
    —-+++—-
    tak masalah, tidak dinilai kok

  27. masuk daftar kunjungan 😀
    —-===_—-
    kehadiran diterima

  28. Aku belum pernah kesana, kalo ke jalan dieng sih sering heqeqe..
    😛
    —+++—-
    nambah satu jam perjalanan lagi

  29. masih belum ttg jamur dan pipi merah perempuan dieng.. 😀

    kesejahteraan di dieng, dulu aku lihat ada ketimpangan mas.. ada yang makmur banget **sekitar perkebunan jamur, sedangkan penduduk dieng yang asli masih banyak yg ga sekolah SD dan rumah masih berlantai tanah..

    tapi itu 10 tahun yll.. aku belum kembali lagi..
    —–+++—-
    memang saya tidak merekam kedua hal itu (entahlah aku tak terbetik mempuisikan wajah).
    Para petani kentang rata-rata makmur, saat tahun 1997 saya melihat sendiri transaksi penjualan kentang pembayaran pertama 26 juta

  30. baca puisi aja udah kebayang dinginnya…
    —-+++—-
    sangat-sangat dingin, waktu saya penelitian untuk skripsi suhu udara di bawah 20 derajat celsius

  31. walau gak pertamax, tapi tetap menikmati puisinya…. gak nyangka mas narno goresannya tajam…(waktu di kuliah gak pernah ketahuan ada pujangga di Fabio yah…???)
    —+++—
    Kan Mas Fauzi sudah lulus duluan, wajarlah gak ketahuan

  32. Pulang…pulang…pulang yuuk..ke dieng..ke baturaden..ke waduk mrican…ke taman kiai langgeng…uhg..enak dingiin…:)
    —-+++—
    ayo siapa takut

  33. Duuuh..diengku jadi bahan inspirasi ya kang 🙂 jd pingin pulang kampung 🙂
    —++—-
    masih ada satu lagi.
    yuk aku ikutan pulang kampungnya

  34. aku terdiam dalam sunyi
    meresapi setiap untai kata yang tak ku mengerti
    tapi begitu indah tuk dinikmati
    membuatku malu tuk bertanya
    apa maksud diri?
    —+++—
    maksudnya?
    aku juga tidak tahu

  35. sip puisinya…dikasih gambar dong mas.. biar pembaca lebih puas
    —+++—
    sayangnya tak ada gambar yang bisa kupakai

  36. …sujud dalam sunyi..

    Terebahkan jiwa dalam sujud keihklasan
    Menenggelam kekhusuk-an kalbu mengharu biru
    —+++—-
    siiiplah

  37. wedew…keduaxxx nixx , asyixx….
    dieng…it’s amazing banget lho…:-)
    —+++—-
    it’s oke

  38. sip….

    jadi teringat, dulu, waktu lampau aku pernah keluar masuk candi-candi di dieng….
    ——++++—–
    saya juga hanya mengandalkan ingatan, kunjungan sudah sangat lama

Tinggalkan Balasan ke Menik Batalkan balasan

SarahBeauty

Trouver plein de conseille beauté, mode, tendance.

True Love for Sale

by Peach Berman

trozos de mazapán.

cartas o historias pequeñas de amor tan dulces y desmoronables como un mazapán.

HorseAddict

The world is best viewed through the ears of a horse.

Apeka

Meramu, Menulis, lalu dikenang 🌻

DoRee MelNic

Grief Out Loud. Art. And Life.

MYSELF

AS HUMILDES OPINIÕES DE UMA MULHER DE CORAGEM QUE DIZ SIM À VIDA!

Voices from the Margins

A welcoming space for resistance to the forces of oppression and hegemony.

Integrating the Spirals

Integrating the spirals (holism, art, music, and writing) for peace, ease, freedom, and alignment of mind, body, spirit, and soul.

Wolff Poetry Literary Magazine

A Poet's Place | Wolff Poetry Literary Magazine is Publishing Poetry Submitted by Published & Emerging Writers,

Katherine's Blog

In Kate's World

Embracing Creativity - BBYCGN: Yancosky

Spiritual writings, messages, creative expression, and arts to broaden community awareness and insight

Istiqomah, bersabar, dan bersyukurlah selalu... Karena Allah selalu ada bersamamu...

Tersenyumlah,, Allah mencintaimu lebih dari yang kau perlu (Tasaro GK)